SyekhMutawalli Sya'rawi merupakan salah satu ulama dengan kecakapan dalam berceramah dan menulis. Ia memiliki kemampuan menjelaskan dan mengumpamakan Kata Sya'rowi, tak perlu khawatir jika kau tak tahu alamat rezekimu, karena rezekimu tahu alamatmu. Zuhud akhirnya adalah menjadikan dunia sebagai "sajadah panjang" seperti kata lirik Bimbo Itumutiara yang tumbuh di tengah kubangan lumpur. Kalau sekiranya pemerintah dan seluruh elemen anak bangsa bergandengan tangan untuk menciptakan pendidikan yang exelent, fasilitas-infrastruktur yang modern, perpustakaan yang accestable, beasiswa pendidikan yang layak-tidak sekedar untuk ditulis dalam buku anggaran belanja daerah-negara. MUTiARA_KATALIHATLAH dgn MATA-HATi: @SalamTazkirah; Rasulullah bSabda; "Sesiapa saja yg meRENDAHKAN DIRI di hdpan ALLAH, mk ALLAH akan mgANGKATnya. Siapa saja yg TAKABUR di hdpan ALLAH, mk ALLAH akan mgHINAkannya. Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rĂąwi (16 April 1911 M. - 17 Juni 1998 M.) - Biografi Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya Dịch VỄ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Syekh M. Mutawalli Asy-Sya’rawi, dikenal dengan metodenya yang bagus & mudah dalam menafsirkan al-Quran & memfokuskannya atas titik-titik keimanan dalam menafsirkannya. Baca Tujuan Sama? Hal itulah yang menjadikannya dekat di hati manusia. Metodenya sesuai bagi seluruh kalangan & kebudayaan. Sehingga, beliau dianggap memiliki kepribadian Muslim yang lebih mencintai & menghormati Mesir & dunia Arab. Beliau diberi gelar, Imam ad-Du’at Pemimpin Para Da’i. Kelahiran Asy-Syaikh al-Imam Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi lahir pada 16 April 1911 M di Desa Daqadus, Distrik Mith Ghamr, Provinsi Daqahlia, Republik Arab Mesir. Di usia yang masih dini, 11 tahun, ia sudah hafal al-Quran. Sejak kecil, selalu dipanggil kedua orangtuanya dengan panggilan “Syaikh al-Amin” yang amanah. Tidak ada keterangan tentang hal ini, namun boleh jadi karena kecerdasan & kepolosannya kepada orangtuanya. Pengembaraan Syekh asy-Sya’rawi semasa kecilnya, belajar di Madrasah Ibtidaiyah al-Azhar, Zaqaziq. Kecerdasannya, telah tampak semenjak kecil dalam menghafal syair & peribahasa Arab. Beliau meraih ijazah Madrasah Ibtidaiyah al-Azhar pada 1923. Selanjutnya, ia ke Madrasah Tsanawiyah, di tempat yang sama. Hingga, bertambahlah minatnya dalam syair & sastra. Ia mendapatkan tempat khusus, di antara rekan-rekannya. Hingga terpilih sebagai ketua persatuan mahasiswa & menjadi ketua perkumpulan sastrawan di Zaqaziq. Ketika orangtuanya ingin mendaftarkan ke al-Azhar, Kairo, ia ingin tinggal dengan saudara-saudaranya di Zaqaziq, bertani. Sebagaimana keluarga besarnya. Namun, mereka tetap mendesak untuk ke Kairo. Agar dapat mempelajari ilmu sebanyak-banyaknya. Kemudian, mengamalkannya sekembalinya ke kampung halaman. Akhirnya, patuh kepada orangtua & mewujudkan keinginan mereka. Ia pun akhirnya terdaftar di Fakultas Bahasa Arab, 1937 M. Syekh asy-Sya’rawi tamat 1940 M dengan gelar S1. Lalu mendapat izin mengajar pada 1943 M setelah pendidikan Master of Art. Ia ditugasi mengajar di Thanta, Zaqaziq, & Iskandaria. Setelah pengalaman yang panjang di negerinya, Syekh asy-Sya’rĂąwi pindah ke Arab Saudi pada 1950 M. Menjadi dosen syari’ah di Universitas Ummu al-Qurra. Beberapa tahun kemudian, ia kembali ke kampung halamannya. Di Kairo, ia diangkat sebagai direktur di kantor Syaikh al-Azhar Syaikh Husain Ma’mun. Kemudian menjadi duta al-Azhar di Aljazair & menetap selama 7 tahun di sana. Setelah itu, kembali lagi ke Kairo. Sebagai kepala Departemen Agama Provinsi Gharbiyah & utusan khusus al-Azhar, untuk mengajar di Universitas King Abdul Aziz, Arab Saudi. Peta Al-Azar, Kairo Mesir pointer di peta, scroll mouse u besar/kecil Pada November 1976 M, Perdana Menteri Mesir, Mamduh Salim, memilihnya untuk memimpin Departemen Urusan Wakaf & Urusan al-Azhar. Perannya bagi al-Azhar & pemerintahan Mesir sungguh luar biasa. Ia seorang ahli agama yang juga sangat handal dalam tata administrasi pemerintahan. Sekalipun menduduki kedudukan elite & termasyhur, sikap wara’ & tawadhunya tidak luntur. Ia juga seorang yang amat pemurah & menafkahkan gaji yang diperolehnya bagi para pelajar, mahasiswa, hafidz al-Quran & orang-orang miskin. Bahkan, royalti atas karya-karyanya banyak digunakannya untuk kegiatan-kegiatan sosial seperti membangun sekolah, masjid, memberikan santunan & sebagainya. Selain berpengetahuan luas, asy-Sya’rawi juga amat menguasai bahasa dialektika. Kedua kemampuan ini menjadikannya ulama & muballigh yang handal. Kepribadian Syekh Asy-Sya’rĂąwi juga amat cinta kepada keturunan Rasulullah Saw. Ia sering berkunjung ke kawasan al-Husain sebuah wilayah yang banyak didiami dzurriyyah Rasul. Rutin berziarah ke makam Sayyidah Nafisah, & menghadiri majelis Maulid di halaman Masjid al-Husain. Suatu ketika, dalam sebuah diskusi keagamaan, ia pernah ditanya “Bagaimana pendapat Tuan tentang ziarah ahlul bait & para wali yang merupakan kebiasaan orang-orang Mesir khususnya orang-orang dari dusun yang bertabarruk kepada mereka?” Seraya meletakkan tangannya di dada seolah-olah berbicara tentang dirinya, ia menjawab “Kami besar sebagai orang dusun. Selama hidup, kami tinggal di lingkungan ahlul bait & para wali. Orangtua-orangtua kami, datuk-datuk kami, ibu-ibu kami & saudara-saudara kami semuanya tinggal di serambi para wali. Kami tidak melihat kebaikan kecuali dari mereka. Kami tidak mengetahui ilmu kecuali di tempat-tempat mereka. Kami juga tidak mengenal keberkahan kecuali dengan mencintai mereka. Kami mencintai mereka karena mereka berhubungan dengan Allah. Kebaikan datang kepada kami dari orang-orang yang sangat kami yakini bahwa mereka berhubungan dengan Allah. Mereka tidak dikenal kecuali oleh orang-orang yang jiwanya menerima manhaj syari’at Allah. Bagaimana mungkin, mereka membolehkan berziarah ke kuburan orang-orang Muslim awam tetapi mengharamkan menziarahi mereka yang dikenal sebagai orang shalih! Ziarah kubur itu diperintahkan. Jika hal itu telah dilakukan untuk orang-orang Muslim awam, apakah orang-orang yang telah dikenal atau orang yang baik dikecualikan dari hal itu, lalu diharamkan menziarahi kuburnya karena ia orang baik? Pendapat ini sungguh tidak masuk akal! Anggap sajalah itu seperti kubur-kubur yang lain & berdzikirlah kepada Allah di tempatnya. Kita tidak menentang ziarah. Yang kita tentang adalah hal-hal yang tidak benar yang terjadi di dalamnya. Orang-orang yang meminta sesuatu dari mereka dapat kita katakan berbuat syirik. Tetapi jika ia meminta kepada Allah di makam-makam mereka, apa yang harus dilarang? Demi Allah, seandainya dalam berziarah itu tidak ada hal lain yang didapatkan selain sekadar pertemuan dengan orang-orang yang tunduk di hadapan Allah, itu sudah cukup bagi saya. Seandainya tidak ada yang saya dapatkan di sana selain bertemu orang-orang yang menggunakan dirinya kembali kepada Allah, itu sudah cukup. Saya akan pergi untuk bertemu orang-orang yang meninggalkan dunia & makan sekali saja dalam sehari. Orang-orang yang menziarahi Imam Husain, Sayyidah Nafisah, Sayyid Ahmad al-Badawi atau Syaikh Ibrahim ad-Dasuqi, akan malu melakukan maksiat setelah itu. Mungkin juga perasaan malu itu akan terus menyertainya sepanjang hayatnya.” Setiap hari Jum’at selama 20 tahun di Masjid Arba’in di kampung kelahirannya & beberapa masjid di Kairo, ia mengisi sebuah majelis bertajuk “Khawathir Sya’rawi”. Ia berceramah & mengisi pengajian tafsir al-Quran. Kemampuan orasinya mampu memikat pendengarnya yang terdiri dari kalangan masyarakat biasa. Sungguh pun begitu, para pendengar dari kumpulan kaum intelektual sekuler, seperti Syaikh al-Qimani, senantiasa memperhatikan ceramahnya. Selepas meninggalkan jabatannya dalam kementerian, ia berkhidmat sebagai ulama al-Azhar. Namun dalam penampilan berpakaian, ia enggan memakai pakaian resmi para ulama al-Azhar. Hanya memakai kopiah & jubahnya. Keluarga Setelah menikah, Syekh asy-Sya’rawi dikaruniai 3 orang putra & 2 orang putri Sami, Abdul Rahim, Ahmad, Fathimah & Shalihah. Baginya, faktor utama keberhasilan pernikahannya adalah ikhtiar & kerelaan antara suami & istri. Mengenai pendidikan anaknya, ia berkata “Yang terpenting dalam mendidik anak adalah suri teladan. Seandainya didapatkan suri teladan yang baik, seorang anak akan menjadikannya sebagai contoh. Maka seorang anak harus dicermati dengan baik, & di sana terdapat perbedaan antara mengajari anak & mendidiknya. Seorang anak, jika tidak bergerak kemampuannya & bersiap untuk menerima & menampung sesuatu di sekitarnya, artinya, apabila tidak siap telinganya untuk mendengar, kedua matanya untuk melihat, hidungnya untuk mencium, & ujung-ujung jarinya untuk menyentuh, kita wajib menjaga seluruh kemampuannya dengan tingkah laku kita yang mendidik bersamanya & di depannya. Oleh karena itu, kita harus menjaga telinganya dari setiap perkataan yang jelek, & menjaga matanya dari setiap pemandangan yang merusak. Kita harus mendidik anak-anak kita dengan pendidikan Islami. Apabila anak melihat kita & kita mengerjakan yang demikian itu, dia akan mengikutinya, juga yang lainnya. Tapi jika anak itu tidak mengambil pelajaran dalam hal ini, tindakan lebih penting daripada omongan belaka.” Karya-karya Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi adalah salah satu ulama terkemuka masa kini. Ia memiliki kemampuan menginterpretasikan masalah agama dengan mudah & sederhana dalam karya-karyanya. Karya-karyanya begitu familiar di tengah-tengah masyarakat muslim, baik asli maupun terjemahan. Ia juga memiliki usaha yang luar biasa besar & mulia dalam bidang dakwah Islam. Lisannya yang fasih & metodenya yang bagus & mudah dalam menafsirkan al-Quran, mudah dicerna oleh berbagai lapisan masyarakat Muslim. Baik di Mesir, tempat kelahirannya, maupun di berbagai penjuru dunia. Sehingga, ia diberi gelar Imam ad-Du’at Imam para Da’i oleh rekan sejawat sesama ulama di Mesir. Sebagai seorang ulama yang juga cendekiawan, ia tak hanya fokus dengan dakwah bil-lisan. Ketertarikannya dalam dunia tulis-menulis, turut memasyhurkan namanya sebagai ulama penulis handal & produktif. Beliau juga dijuluki “Mujaddid Abad 20” oleh sebagaian pecinta beliau. Di tengah-tengah kesibukannya aktivitas kepemerintahan & akademi, Syaikh asy-Sya’rawi menelurkan banyak karya di antaranya 1. Al-Isra’ wa al-Mi’raj Peristiwa Isra & Mi’raj. 2. Asrar Bismillahirrahmanirrahim Rahasia di balik kalimat Bismillahirrahmanirrahim. 3. Al-Islam wa al-Fikr al-Mu’ashir Islam & Pemikiran Modern. 4. Al-Islam wa al-Mar’ah Aqidah wa Manhaj Islam & Perempuan, Akidah & Metode. 5. Asy-Syura wa at-Tasyri’ fi al-Islam Musyawarah & Pensyariatan dalam Islam. 6. Ash-Shalah wa Arkan al-Islam Shalat & Rukun-rukun Islam. 7. Ath-Thariq ila Allah Jalan Menuju Allah. 8. Al-Fatawa Fatwa-fatwa. 9. Labbayk Allahumma Labbayka Ya Allah Kami Memenuhi PanggilanMu. 10. Mi-ah Su-al wa Jawab fi al-Fiqh al-Islam 100 Soal Jawab Fiqih Islam. 11. Al-Mar’ah Kama Aradaha Allah Perempuan Sebagaimana yang Diinginkan Allah. 12. Mu’jizah al-Qur’an Min Faydhi al-Qur’an Kemukjizatan Al-Quran Di antara Limpahan Hikmah Al-Quran. 13. Nadzarat al-Qur’an Pandangan-pandangan Al-Quran. 14. Ala Ma-idah al-Fikr al-Islamiy Di Atas Hidangan Pemikiran Islam. 15. Al-Qadha wa al-Qadar Qadha & Qadar. 16. Hadza Huwa al-Islam Inilah Islam. 17. Al-Muntakhab fi Tafsir al-Qur’an al-Karim Pilihan dari Tafsir Al-Quran Al-Karim. 18. Al-Hayah wa al-Maut Hidup & Mati. 19. At-Taubah Taubat. 20. Adz-Dzalim wa adz-Dzalimun Dzalim & Orang-orang yang Dzalim. 21. Sirah an-Nabawiyyah Sejarah Kenabian. Karya-karya beliau dapat dipahami sebagai wujud perpaduan keindahan & penguasaan sastrawi, fiqh, aqidah, tafsir, hingga permasalahan kontemporer kehidupan Muslimin. Para ulama Mesir mengakui kepiawaiannya di bidang tafsir & fiqh perbandingan madzhab. Ia juga amat menguasai bahasa dialektika, sehingga Syaikh Ahmad Bahjat & Syaikh Yusuf al-Qaradhawi, menyebutkan Syaikh asy-Sya’rawi sebagai seorang ahli tafsir kontemporer yang dapat menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan uslub metode yang mudah dipahami umum. Bahasanya lugas & mudah, tapi mendalam. Al-Qaradhawi, muridnya saat belajar di al-Azhar Thantha, memuji gurunya ini sebagai tokoh yang rendah hati & luas pemikirannya dalam berbeda pendapat. Sementara Syekh Umar Hasyim, salah satu petinggi al-Azhar, menganggapnya sebagai tokoh yang pantas disebut sebagai salah seorang mujaddid pembaharu abad ke-20. Wafat 3 bulan sebelum wafatnya, saat peresmian sebuah masjid di kampungnya, ia berkata “Semua harta adalah milik Allah Ta’ala, & setiap apa yang telah diberikan oleh Allah kepadaku akan aku nafkahkan pada jalan Allah. Sesungguhnya aku tidak memiliki apa-apa. Harta & diriku hanya untuk Allah. Seandainya setiap orang merasa bertanggung jawab pada kampung & bandar tempat kelahirannya, niscaya tempat itu lebih indah daripada bandar-bandar besar di seluruh dunia. Aku ingin tanah tempat kelahiranku ini yang menimbun jasadku nanti.” Kerajaan Saudi pernah menawarkan kepadanya tanah pekuburan di Baqi’. Tawaran itu tawaran terhormat, bagi seorang ulama Mesir yang banyak jasanya bagi studi Islam di Arab Saudi. Namun, kecintaannya kepada kampung halamannya, Mesir, diungkapkannya “Tanah kelahiranku lebih layak menerima jasadku hingga ia dapat memelukku ketika aku mati sebagaimana aku memeluknya & memeliharanya ketika hayatku.” Pada pagi Rabu 17 Juni 1998 M/22 Shafar 1419 H, Syekh asy-Sya’rawi wafat, dalam usia 87. Saat pemakamannya, ratusan ribu orang memadati kuburnya di Kampung Daqadus, sebagai penghormatan terakhir bagi allamah besar ini. Mutiara Di antara kalam mutiara nasehat beliau yang berbentuk syair, adalah “Jika kamu tidak tahu alamat tempat rizqimu, maka ketahuilah rizqimu tahu alamat tempatmu.” “Jika engkau mementingkan urusan orang lain, ketahuilah bahwa kamu punya karakter yang baik. Jika engkau melihat orang lain baik, maka ketahuilah bahwa batinmu juga baik.” “Siapa yang ingin mencari teman yang sempurna tanpa aib, maka hidupnya akan sendirian karena tiada teman yang sempurna. Siapa yang ingin mencari istri yang sempurna tanpa kekurangan, maka hidupnya akan jomblo karena tiada istri yang tanpa kekurangan.” “Siapa yang ingin mencari kekasih tanpa rintangan, maka hidupnya akan dilewati dengan mencari saja tak akan pernah ketemu. Siapa yang ingin mencari kerabat yang sempurna, ia akan hidup dalam kekurangan.” “Jika Allah mengambil sesuatu darimu yang tak kau sangka, maka kelak Allah akan memberimu sesuatu yang tak kau sangka kau miliki.” [

kata mutiara syekh mutawalli